Bismillahirrahmanirrahiim
Seorang mukmin dalam berjalan dimuka bumi ini menunduk, tapi bukan tunduk kepada bumi, melainkan tunduk kepada pencipta bumi.
Bila manusia merindukan dunia, pasti ia akan banyak mempunyai keinginan dan kebutuhan.
Kalau sudah banyak keinginan dan kebutuhan, ia menjadi miskin, tentu miskin hati.
Tapi bagi yang merindukan Allah, ia sudah tidak membutuhkan apapun di dunia ini, sehingga perasaannya menjadi kaya.
Dan ia berbahagia ketika memijak nafsunya dan meluncur terbang hatinya kepada Allah SWT.
Hatinya menjadi kaya, tidak membutuhkan apa-apa, dan itulah kaya yang membuat bahagia.
Sebaiknya anda menangis ketika keinginan duniawi terpenuhi dan ruh terikat dengan dosa-dosa hawa nafsu.
Tetapi, tertawalah ketika sedih dan saat terbebas dari dosa dan bebas dari ikatan nafsu.
Hendaknya setiap saat bersiap-siap untuk mudik pulang kampung halaman ke istana Allah.
Kita sebenarnya warga alam ciptaan Allah.
Pada saat ditugaskan di dunia menjadi khalifah dibumi, dibungkus jasad (badan) yang mengandung hawa nafsu unsur-unsur alamiah.
Sedangkan ruh kita adalah ruh Allah, tetapi bukan bagian dari zat Allah, cenderung bertaqwa kepada Allah dan merindukan Allah serta unsur-unsur illahi.
Disinilah terjadinya pertarungan unsur-unsur illahi (ruh dan akal) melawan unsur-unsur alamiah (nafsu hewani dan sifat-sifat iblis).
Bila dalam pertarungan ini kita memihak kepada unsur-unsur illahi dan memenangkannya, maka kita lulus dalam ujian keimanan didunia ini.
Firman Allah SWT :
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan :
"Kami telah beriman", dan mereka tidak di uji?" (QS. Al-Ankabut : 2)
"Sesungguhnya akan kami uji keimanan kalian dengan adanya rasa takut, rasa lapar, kekurangan harta, kehilangan jiwa, dan kekurangan buah-buahan.
Dan berikanlah kabar gembira bagi mereka yang tabah dan tegar beriman." (Al - Baqoroh : 155)
Dan dengan ketulusan itu, ruh menjadi bersih dari karat dosa dan himpitan hawa, berbahagialah ia.
Tetapi jika terjadi sebaliknya, maka akibatnya sebaliknya pula.
Rasul Allah Nabi Muhammad SAW tidak pernah merasakan sakit dalam keadaaan apapun, ketika sekarat sekalipun, karena ruh beliau sudah terlepas dari hawa.
Begitu juga Nabi Ayub, dengan segala penyakit dan deritanya, badan pembungkus ruh itu tidak dapat menyakiti ruh Nabi Ayub, sama seperti Nabi Muhammad SAW. mereka telah berjihad melepaskan ruh dari ikatan hawa nafsu alamiah.
Manusia yang merasa sakit ialah mereka yang ruhnya terikat dengan hawa nafsu duniawi, senang beremang-remang, hura-hura rawa, foya-foya dosa dan syahwat hewani lainnya.
Mempertaruhkan benda-benda itu membuat ruhani tersesat kedalam neraka hati yang selalu terbuai dalam fantasi liar dan ilusi.
Menghabiskan waktu, harta dan apa saja untuk mencari sesuatu yang tidak ada.
Karena rasa bahagia, tenang, senang, dan tenteram hanya pada saat ruh bersama Allah SWT, itulah surga di dalam dada.
Contohnya ketika anggota tubuh terluka, misalnya tangan terluka, yang merasa sakit adalah nafsu, berarti neraka ada didalam nafsu.
Atau ketika keinginan yang tamak dan rakus tidak terpenuhi, maka nafsu mengalami kepedihan, berarti neraka ada didalam nafsu.
Berbahagialah mereka yang telah membebaskan ruh dari penjajahan nafsu.
Firman Allah SWT :
"Berbahagialah mereka yang telah membersihkan diri (membebaskan dirinya) dari nafsu." (QS. Al-A'la : 14)
Karena badan itu bersal dari tanah, selalu makan yang berasal dari tanah, dan akan kembali menjadi tanah, sedangkan tanah itu tidak pernah merasa sakit, meski dicangkul sekalipun.
Sebagai manusia biasa, kita tidak boleh merasa lebih tinggi dari Nabi Muhammad SAW.
Mengangkat suara lebih tinggi dari suara Nabi saja tidak diperbolehkan, apalagi merasa lebih tinggi.
Kita tidak boleh terlambat bila dipanggil oleh Rasulullah SAW, harus segera datang.
Nabi Muhammad SAW telah memanggil kita untuk kumpul bersamanya di surga sana, maka kita harus tunduk, hormat, ta'jub, dan menapaktilasi dengan amal sholeh dan membebaskan diri dari hawa dan dosa.
Terus tempuh, jalan terus, maju, berhati-hatilah banyak ranjau, dan perangkap, jalan terus mustaqiem, jangan lihat lagi kanan dan kiri, jalan saja lurus, karena sekarang ini kita tidak tahu lagi mana kanan mana kiri, terkadang yang kanan menjadi kiri dan yang kiri menjadi kanan.
Melangkahlah terus!!! Mandilah selalu, bersihkan hati dari debu-debu hawa dan maksiat, Rasulullah SAW menanti kita ditelaga Haud di sebelah pintu surga. Semoga Kita Bisa Sampai ke Sana.
Seorang mukmin dalam berjalan dimuka bumi ini menunduk, tapi bukan tunduk kepada bumi, melainkan tunduk kepada pencipta bumi.
Bila manusia merindukan dunia, pasti ia akan banyak mempunyai keinginan dan kebutuhan.
Kalau sudah banyak keinginan dan kebutuhan, ia menjadi miskin, tentu miskin hati.
Tapi bagi yang merindukan Allah, ia sudah tidak membutuhkan apapun di dunia ini, sehingga perasaannya menjadi kaya.
Dan ia berbahagia ketika memijak nafsunya dan meluncur terbang hatinya kepada Allah SWT.
Hatinya menjadi kaya, tidak membutuhkan apa-apa, dan itulah kaya yang membuat bahagia.
Sebaiknya anda menangis ketika keinginan duniawi terpenuhi dan ruh terikat dengan dosa-dosa hawa nafsu.
Tetapi, tertawalah ketika sedih dan saat terbebas dari dosa dan bebas dari ikatan nafsu.
Hendaknya setiap saat bersiap-siap untuk mudik pulang kampung halaman ke istana Allah.
Kita sebenarnya warga alam ciptaan Allah.
Pada saat ditugaskan di dunia menjadi khalifah dibumi, dibungkus jasad (badan) yang mengandung hawa nafsu unsur-unsur alamiah.
Sedangkan ruh kita adalah ruh Allah, tetapi bukan bagian dari zat Allah, cenderung bertaqwa kepada Allah dan merindukan Allah serta unsur-unsur illahi.
Disinilah terjadinya pertarungan unsur-unsur illahi (ruh dan akal) melawan unsur-unsur alamiah (nafsu hewani dan sifat-sifat iblis).
Bila dalam pertarungan ini kita memihak kepada unsur-unsur illahi dan memenangkannya, maka kita lulus dalam ujian keimanan didunia ini.
Firman Allah SWT :
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan :
"Kami telah beriman", dan mereka tidak di uji?" (QS. Al-Ankabut : 2)
"Sesungguhnya akan kami uji keimanan kalian dengan adanya rasa takut, rasa lapar, kekurangan harta, kehilangan jiwa, dan kekurangan buah-buahan.
Dan berikanlah kabar gembira bagi mereka yang tabah dan tegar beriman." (Al - Baqoroh : 155)
Dan dengan ketulusan itu, ruh menjadi bersih dari karat dosa dan himpitan hawa, berbahagialah ia.
Tetapi jika terjadi sebaliknya, maka akibatnya sebaliknya pula.
Rasul Allah Nabi Muhammad SAW tidak pernah merasakan sakit dalam keadaaan apapun, ketika sekarat sekalipun, karena ruh beliau sudah terlepas dari hawa.
Begitu juga Nabi Ayub, dengan segala penyakit dan deritanya, badan pembungkus ruh itu tidak dapat menyakiti ruh Nabi Ayub, sama seperti Nabi Muhammad SAW. mereka telah berjihad melepaskan ruh dari ikatan hawa nafsu alamiah.
Manusia yang merasa sakit ialah mereka yang ruhnya terikat dengan hawa nafsu duniawi, senang beremang-remang, hura-hura rawa, foya-foya dosa dan syahwat hewani lainnya.
Mempertaruhkan benda-benda itu membuat ruhani tersesat kedalam neraka hati yang selalu terbuai dalam fantasi liar dan ilusi.
Menghabiskan waktu, harta dan apa saja untuk mencari sesuatu yang tidak ada.
Karena rasa bahagia, tenang, senang, dan tenteram hanya pada saat ruh bersama Allah SWT, itulah surga di dalam dada.
Contohnya ketika anggota tubuh terluka, misalnya tangan terluka, yang merasa sakit adalah nafsu, berarti neraka ada didalam nafsu.
Atau ketika keinginan yang tamak dan rakus tidak terpenuhi, maka nafsu mengalami kepedihan, berarti neraka ada didalam nafsu.
Berbahagialah mereka yang telah membebaskan ruh dari penjajahan nafsu.
Firman Allah SWT :
"Berbahagialah mereka yang telah membersihkan diri (membebaskan dirinya) dari nafsu." (QS. Al-A'la : 14)
Karena badan itu bersal dari tanah, selalu makan yang berasal dari tanah, dan akan kembali menjadi tanah, sedangkan tanah itu tidak pernah merasa sakit, meski dicangkul sekalipun.
Sebagai manusia biasa, kita tidak boleh merasa lebih tinggi dari Nabi Muhammad SAW.
Mengangkat suara lebih tinggi dari suara Nabi saja tidak diperbolehkan, apalagi merasa lebih tinggi.
Kita tidak boleh terlambat bila dipanggil oleh Rasulullah SAW, harus segera datang.
Nabi Muhammad SAW telah memanggil kita untuk kumpul bersamanya di surga sana, maka kita harus tunduk, hormat, ta'jub, dan menapaktilasi dengan amal sholeh dan membebaskan diri dari hawa dan dosa.
Terus tempuh, jalan terus, maju, berhati-hatilah banyak ranjau, dan perangkap, jalan terus mustaqiem, jangan lihat lagi kanan dan kiri, jalan saja lurus, karena sekarang ini kita tidak tahu lagi mana kanan mana kiri, terkadang yang kanan menjadi kiri dan yang kiri menjadi kanan.
Melangkahlah terus!!! Mandilah selalu, bersihkan hati dari debu-debu hawa dan maksiat, Rasulullah SAW menanti kita ditelaga Haud di sebelah pintu surga. Semoga Kita Bisa Sampai ke Sana.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.