KOMPLEKSOMETRI

Rabu, 02 Mei 2012



Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum  EDTA ( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ).
Kestabilan termodinamik (dari) suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbanagan.


Titrasi Kompleksometri
Banyak ion logam dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang dapat membentuk kompleks dengan logam tersebut.

Salah satu senyawa komplek yang biasa digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA).artikel 45
EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut :
artikel 46
Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air.
EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut.
Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah :
M + Y → MY

Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini :
artikel 47
Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa komplek. Makin besar harga konstante pembentukan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin stabil dan sebaliknya makin kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang) stabil.





Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan ion H + maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah larutan bufer.
Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator, diantaranya Calmagite, Arsenazo, Eriochrome Black T (EBT). Sebagai contoh titrasi antara Mg2+ dengan EDTA sebagai penitrasi, menggunakan indikator calmagite.
Reaksi antara ion Mg2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan indikator adalah :
Mg2+ + H2Y2- ? MgY2- + 2H+
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan membentuk kompleks dengan Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru.
artikel 49



Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
1. Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.
2. Ciri-ciri khas ligan itu.
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
a.  kekuatan basa dari ligan itu,
b.  sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
c.  efek-efek sterik (ruang).


kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1.   Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2.  Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris-pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks inert.


Suatu reaksi kompleks dapat dipakai dalam penitaran apabila:
  1.   Kompleks cukup memberikan perbedaan pH yang cukup besar pada daerah titik setara.
  2.     Terbentuknya cepat.
  3.     Beberapa jenis senyawa Kompleks


Ada 2 jenis lignand dilihat dari jumlah atom donor di dalamnya :

  1. Ligand monodentat : terdapat 1 atom di dalamny
  2. Ligand polidentat : terdapat lebih dari 1 atom donor di dalamnya.
Jenis-jenis titrasi EDTA, yaitu :
1.      Titrasi langsung
2.      Titrasi balik
3.      Titrasi penggantian atautitrasi substitusi
4.      Titrasi alkalimetri

Macam-macam indikator logam, yaitu diantaranya :
1.      Mureksida (C.I. 56085)
2.      Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T)
3.      Indikator Patton dan Reeder
4.      Biru Tua Solokrom atau Kalkon
5.      Kalmagit
6.      Kalsikrom (calcichrome)
7.      Hitam Sulfon F Permanen
8.      Violet Katekol (Catechol Violet) atau Violet Pirokatekol (Pyrocatechol Violet)
9.      Merah Bromopirogalol (Bromopyrogalol Red)
10.  Jingga Xilenol (Xylenol Orange)
11.  komplekson Timolftalein (Timolftalein)
12.  Biru Metiltimol (Komplekson Biru Metiltimol)
13.  Zinkon (Zincon) atau 1-(2-hidroksi-5-sulfofenil)-3-fenil-5-(2-karboksifenil)-formazan
14.  Biru Variamina



Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui titik akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama ditunjukkam atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan, dideteksi.
1.    Kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan.
2.    Digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi kompleks yang lebih stabil. Misalnya EDTA.





0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.